Fenomena Belanja Serba Baru Menjelang Idul Fitri

Mohon maaf, terpaksa njenengan ketemu saya lagi. Bagaimana kabar njenengan semua.? Semoga sehat dan dapat melaksanakan ibadah puasa yang tinggal hitungan beberapa hari lagi ini.

Hari Raya Idul Fitri sudah dekat. Berbagai macam cara dilakukan umat untuk menyambut hari kemenangan tersebut. Salah satunya adalah dengan berbelanja.
Pasar – pasar, pusat perbelanjaan, swalayan, supermarket, dan mall – mall mengalami lonjakan pengunjung pada bulan Ramadan seperti sekarang, terutama seminggu menjelang Hari Raya Idul Fitri atau lebaran.

Meski

tidak ada kewajiban memakai apalagi membeli barang baru di hari lebaran, masyarakat umumnya merasa kurang afdol jika pada saat lebaran tiba tidak memakai baju baru dan menyediakan aneka ragam panganan di rumahnya. Akibatnya, fenomena belanja serba baru di hari lebaran tampaknya sudah menjadi sebuah tradisi di Indonesia, bahkan mungkin sudah menjadi semacam kebutuhan wajib.

“Tradisi” berbelanja serba baru di hari lebaran ini sebenarnya lebih menjurus kepada perilaku konsumtif. Perilaku yang sebenarnya sangat tidak dianjurkan dalam agama Islam. Apalagi di bulan Ramadan seperti sekarang di mana seharusnya bukan hanya puasa menahan lapar dahaga tetapi juga harus “puasa” dari perilaku yang hanya menuruti hawa nafsu.
Tradisi konsumtif ini seakan membuat masyarakat lupa akan hal lain yang barangkali lebih penting dari sekedar foya – foya berbelanja serba baru di hari raya dan menjurus pada sikap pemborosan.

Bisa jadi Anda tidak sependapat dengan saya tentang fenomena berbelanja di hari raya. Saya sendiri saat mengantar Nyai Prenjak istri tercinta berbelanja setengah mikir,,”lha kalau semua orang Indonesia berbelanja menjelang lebaran jangan jangan bukan kemenangan yang diraih tapi justru kekalahan..  Kalah karena sibuk berbelanja serba baru dan begitu lebaran usai harus bayar hutang kreditan pakaian dan baju lebaran….”

13 responses

  1. ini karena konsumerisme dah mulai menyusupi budaya kita. budaya yang mungkin ‘suci’ jadi mulai beralih perlahan. siapa yang menanamkan budaya tambahan – konsumerisme – itu? no comment saya untuk ini.

    Suka

    1. kalau ditanya siapa yg menanamkan budaya konsumerisme itu ya susah juga menjawabnya,mas. menurut saya semua kembali kepada masing2 individu dlm menyikapi datangnya hari lebaran.

      Suka

      1. setuju sih mas. semua kembali ke masing-masing individu.

        Suka

  2. Entah kapan ya Pak asal muasalnya kalau lebaran harus dirayakan dengan belanja. Mungkin karena merasa lahir kembali, jadi semua harus baru ya..:)

    Suka

    1. artinya saat bulan puasa masih dalam kandungan ya,Bu…hehehe

      Suka

  3. saya ga beli baru baruuu… bulan lalu udah soalnya, hehe

    Suka

    1. saya juga nggak beli yg baru baru..soalnya belum jadi,,terpaksa ya beli yg udah ada di toko aja…hahaha.

      Suka

  4. Biasanya pas malam takbiran diskon besar-besaran loh. Jadi ingat waktu di Jakarta saya dan teman2 ke blok M berburu barang diskonan 😀 .

    Suka

    1. Bener,mbak. Biasanya semakin dekat hari H semakin besar pula diskonnya,,kayaknya emang udah dirancang wkt lebaran buat meraup untung sebanyak2nya..di diskon tp harganya dinaikkan 2x lipat sebelumnya…

      Suka

  5. Dan saya baru tau ada hadist kalau pasar tuh (termasuk mall) tempat paling dibenci Allah. Tempat dimana setan leluasa menggoda manusia buat nurutin hawa nafsunya. Makanya biar ga terlalu konsumtif, harus banyak istigfar kalau lagi shoping. 😀

    Suka

    1. benar mas Arif,karena di pasar itu biasanya banyak orang lalai,banyak sumpah palsu,penipuan,dsb.mungkin itu sebabnya pasar termasuk tempat yang dibenci oleh Allah.

      Suka

  6. saya setuju Pak, kebanyakan akhirnya malah konsumtif gitu, tapi buat sebagian orang mereka beli baju memang cuma pas lebaran aja mungkin ya, apalagi pas lebaran banyak diskon.. hihihih…

    Suka

    1. Iya bener sekali…itu juga termasuk saya….!! tp bedanya saya cuma ngantar thok…yg belanja mamah tersayang….

      Wkwkwkwk..

      Suka

Tinggalkan komentar