Silaturrahmi Kemana Lagi ?

Alhamdulillah, pada Hari Raya Idul Fitri kita bisa bersilaturrahmi kepada kerabat, tetangga, kolega, sahabat, maupun
handai taulan.

Mungkin juga kita sudah cukup berbahagia dengan baju baru, sepatu baru, handphone baru, aneka makanan enak yang berlimpah dan berkunjung orang – orang yang dianggap ” sederajat ” secara sosial status.
Sudah cukupkah..? Mungkin ada yang masih terlewatkan. Dan senyatanya jika kita mau mengakui bahwa kita masih punya saudara – saudara di panti asuhan, rumah sakit, panti jompo, kolong jembatan, maupun yang menggelandang di jalan – jalan.
Benarkah mereka saudara kita…?? Setidaknya saudara seiman, seagama, sebangsa, setanah air, senenekmoyang. Jika ya, sudahkah pula kita mengunjungi mereka..??
Tidak inginkah kita berbagi kebahagiaan dengan saudara – saudara yang masih hidup dalam kekurangan.??
Jangan disangka kita sudah bebas kewajiban memberikan hak – hak mereka dengan membayarkan zakat fitrah saja.

Zakat fitrah sendiri belum optimal realisasinya. Buktinya ?  Masih saja banyak fakir miskin dan peminta – minta. Zakat (maal dan fitrah)  dianggap berhasil apabila mampu mengentaskan saudara – saudara kita kaum dhuafa dari penderitaannya, sebagaimana yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Sepatutnya kita ulurkan tangan kasih sayang untuk bersilaturrahmi dengan mereka.

Silaturrahmi seyogyanya tidak hanya difahami dengan menyambung tali hubungan dengan kaum kerabat dekat saja. Islam mendefinisikan aktifitas mulia (silaturrahmi – red) ini lebih luas lagi. Silaturrahmi dalam Islam ini antara lain dilakukan dengan memberikan hak – hak masyarakat, kerabat, keluarga, orang tua dan sesama Muslim di seluruh dunia. Selain menghendaki habluminallah (hubungan dengan Allah) yang tercermin dalam aktifitas ibadah, Islam juga menghendaki hablu minannaas ( tali hubungan dengan sesama manusia) . Kedua hubungan ini ( habluminallah dan habluminannaas)  haruslah berjalan selaras. Bahkan dalam aktifitas ibadah sendiri sudah tercermin hubungan baik dengan sesama manusia. Misalnya dalam shalat jama ‘ah maupun zakat dan sedekah.

Silaturrahmi sebagai pengejawantahan hubungan sesama manusia, hubungan dengan masyarakat luas minimal tercermin dalam hubungan bertetangga. Diriwayatkan bahwa keimanan seseorang dianggap tidak ada,apabila dirinya dapat tidur dalam kondisi kenyang,sementara tetangga disebelahnya tidak dapat tidur karena kelaparan, padahal dia mengetahuinya.

Silaturrahmi dengan tetangga ( mungkin lebih tepatnya masyarakat luas)  tidaklah memandang status sosial, keturunan, atau keyakinannya. Ibnu Umar RA menyembelih seekor kambing, kemudian ia berkata kepada isrerinya, ” Apakah tetangga Yahudi yang di sebelah ini sudah diberi ? ” Keluarganya menjawab  : “ Belum.” Maka ia berkata  : “ Berikanlah sebagian kepdanya, karena Rasulullah bersabda  : ” Selalu malaikat Jibril mewasiatkan aku dengan tetangga, sehingga aku menyangka ia akan mewarisi. “

Silaturrahmi dengan tetangga ini juga dapat di jalin tidak hanya dengan tetangga rumah saja. Sesungguhnya silaturrahmi ini juga dapat diwujudkan dan dijalin dengan tetangga desa, bahkan dengan negara tetangga.

Setiap Muslim satu dengan yang lainnya terikat hubungan kasih sayang yang mendalam. Mereka umpama satu bagian tubuh yang apabila salah satu merasakan sakit, maka bagian yang lain juga akan turut merasakannya. Inilah hubungan silaturrahmi yang paling erat, karena diikat oleh tali yang sangat kokoh, yaitu iman.
Silatirrahmi terhadap sesama Muslim ini berlaku di seluruh dunia, karena sesungguhnya Muslim di Indonesia bersaudara dengan Muslim di Cina, Palestina, Myanmar, Syuriah, Mesir, Amerika, Australia, Afrika, maupun Eropa. Jangan lupakan bahwa Muslim di Jawa bersaudara dengan Muslim di Aceh, Ambon, Kalimantan, Sulawesi,maupun Papua. Setiap Muslim adalah bersaudara..!

Saat kita di sini sibuka memikirkan diri dan keluarga sendiri saja, masih banyak saudara – saudara kita yang tengah menderita. Tidakkah kita peduli dengan nasib mereka dan menyempatkan bersilarurrahmi kepada mereka, yah paling tidak cobalah sedikit melongok ke jendela surga.???

Zainal

Tinggalkan komentar