Belajar Dari Penjual Durian di Davao

Postingan kali ini adalah sebuah status di fesbuk yang saya copy paste dan ada beberapa bagian yang saya edit..

Mr. Setyo : Penjual durian yang jujur ada di Davao.Kalau kita beli durian di Davao, kita memilih,kemudian si penjual akan membukakan durian tersebut, jika sedikit saja busuk, akan disingkirkan. Jika tidak busuk, kita disuruh cicipi, jika cocok si penjual akan menimbangnya dan kita membayar sesuai harga per kilo. Namun jika masih belum sesuai selera, durian yang sudah dibuka tadi akan disingkirkan dan dipilihkan yang lebih bagus dengan tetap dibuka lebih dulu seperti sebelumnya….
25 tahun di Kalimantan Barat (juga di tempat lain), belum pernah lihat penjual durian yang begitu.
Ada ga ya…????

Nah, berikut ini komentar dari beberap teman Mr. Setyo

Sunjoto Jogja :  ” kalau disini orang jualan dengan cara itu….. maka akan rugi besar, karena durian disini rata rata durian yang dipetik sebelum masak benar….. jadi satu truk dibeli, setengah truk bakal jadi barang reject…”

Nurul Hidayah : ” Ada…di Lipat Kain ada penjual yg spt
itu…dibukakan dulu , kl ndak bagus lgsg blg “ini ndak bagus bu ” , kmdian dibukakan lagi , kalo oke baru dikasihkan ke kita…biasana yg oke mnrt dia
eemg oke bg kita …”

Sari Lestari : ” Trus yg udah dicicipi dan pembeli tdk selera diapain dong pak? Apa tidak rugi penjualnya? Apa diolah seperti tempoyak atau lempok..?”

Nurul Hidayah : ” Mas Sun…kalo sy suka beli durian yg dipajang didepan rumah penduduk , krn biasana itu dari kebun mrk sendiri ataupun kebun tetangga…yg
pasti masak di pohon…”

Sunjoto Jogja : ” nah itu baru enak mbak Nurul Hidayah..”

Mr. Setyo : ” @SJ dari kebun yang dibawa sudah yang terbaik, Mas. Setidaknya menurut pengalaman mereka. Meski mereka sadar pasti ada yg kurang bagus, tapi hitungannya tidak akan rugi.
@SL Dibuat juga seperti dodol. @NH Ya, Mbak. Seperti di
Kalimantan, yang dr penduduk langsung di depan rumah biasanya bagus dan masak. Kalau sudah tengkulak, lhaaaaaaa…. itu dia. Mereka beli borongan dan yang tidak bagus banyak.
Kebanyakan begitu..”

zainal : ” di sana musim durian juga rupanya. kalau penjual
durian di sini seperti di davao bukannya durian habis laku terjual tp malah ludes diicap icipi calon pembeli… alasan gak ada yg cocok batal membeli pdhal perut sudah kemlakaren duren..
( kayane ini mewakili pesan pribadi …hehehe..!)

Mr. Setyo :
@zainal Kuwi cen golek gratisan, Mas…

Zainal Abidine : “Leres, Pak.
Musim buah dibarengi musim hujan, masalah sampah kulit buah yg dipadu dengan jalanan becek menjadi sebuah pemandangan
indah di sini, Pak. bagaimana di Davao….?”

Mr.Setyo : ” Kota Davao terkesan ndeso (cara hidup masyarakat) untuk ukuran kota sebesar ini. Tetapi boleh dicek, tidak akan ditemukan pembuang
sampah sembarangan….”

Zainal : “ terkesan ndeso malah lebih baik daripada terkesan kutho tp aslinya ndesit, magel..! malah ngrepoti…”

Beata Eka : ” Trus, durian yang sudah dibuka tp ga cocok diapain? Dibuang begitu aja ? ”

Mr. Setyo : ” Disimpan si penjual, Bu. Kalau hanya karena kurang manis ya dibuat penganan spt dodol. Yang banyak busuk ya dibuang..”
Nasirin Ad : ” Kejujuran penjual durian di daerah kita sebatas
mengatakan bahwa, “Ayo durian,,, durian… Ini durian jatuh sendiri lho, tanpa dibarengi dengan
yg metik…”

Ketut Kemahyasa : ” Yup. Saya punya pengalaman yg saat membeli jeruk Muntis( di Bali disebut Jeruk Bali) jeruk
besar. Ketika saya menanyakan apakah jeruk itu manis, penjualnya langsung mengupaskan dan menyuruh menyicipi, kemudian saya memilih
jeruk yang saya beli. Demikian juga saat saya membeli duku di pinggir jalan daerah dekat KJRI Davao…”

Sanidah : “Ya… semoga di negara kita banyak penjual dan
pembeli yang jujur…”

========

Bagaimana pendapat sahabat pembaca, apakah pernah punya pengalaman atau pendapat tentang penjual yang jujur..? Monggo , silahkan berbagi…?

*Note :
Mr. Setyo adalah guru saya di esempe dulu, dan alhamdulillah sampai saat ini masih bisa menjalin silaturrahim dengan beliau. Sekarang mengabdikan diri di Sekolah Indonesia Davao, Philipina.

14 responses

  1. penjula seperti itu Insya Allah rejekinya lancar ya kang krn rasanya jarang deh yg jual durian model bgt, adanya ya kl dah dibuka hrs dibeli walau mungkin blom matang durennya

    Suka

    1. bener,mbak.. keberkahan rezeki akan diperoleh dengan cara yang baik dalam meraihnya..( jare ustadz – ustadz ngono…)

      kebanyakan penjual -meski tidak semua – suka berlaku tidak jujur kepada pembeli, tdk memperhatikan kepuasan pelayanan kpd pembeli..

      Suka

      1. Do rembugan oppo to kiy,tiwas aq ra mudeng…..
        hahahhh….

        Suka

      2. hehehhe.. juragan bakul tumben rene..? kulakan duren pow.??

        Suka

      3. tetep saja kang yg jujur yg Insya Allah permanen rejekinya, dalam hal lain jg di hidup ini yg jujur yg hidupnya tentrem kang, rejekinya jg lancar, kamu pasti setuju khan ? 😛

        Suka

      4. setuju mbak…
        meski kadang jujur yo iso nglarani ati..*sedelo..* dakyuh wes ngalami ketika dengan jujur ditolak karo Nobita Cute ….duluuuuu..!?!

        Suka

      5. nobita cute itu sapa ? 🙄

        Suka

      6. hehehe….kancane doraemon ,mbak..

        Suka

  2. Tes tes
    kenapa komen saya di postingan terbaru galat ya.

    Suka

    1. tes tes juga…
      saya tidak tahu penyebabnya, mas..
      mungkin lg ngicipi duren…

      Suka

  3. Assalamu’alaikum..,Mas Zaenal..

    jadi inti dari kisah penjual durian di atas adalah KEJUJURAN dalam berdagang dan Pelayanan yng sepenuh hati.
    Dulu…Pemimpin kit Rosulullah Muhammad saw,juga adalah seorang pedagang yang jujur dan tulus,dan karena ketulusannya dan atas kehendak Allah pula,maka beliau tak pernah merugi ,bahkan untungnya makin besar.

    Di zaman sekarang sebenarnya kita ( umat muslim ) juga harus bisa meniru konsep dagang pimpinan kita ,tapi tampaknya keyakinan yang kurang mantap dan desakan kehidupan yang kian menghimpit,kadang membuat orang nekad,menghalalkan segala cara dalam berdagang agar bisa untung besar.. ITULAH FAKTA SAAT INI..

    Wassalamu’alaikum…

    Suka

    1. wa alaikum salam warahmatullaah wb..

      terima kasih untuk kunjungan dan komentar panjenengan yang mencerahkan.
      Kejujuran yang diteladankan Rasulullah sudah selayaknya kita ( umat muslim) terapkan dalam setiap sendi kehidupan.. namun, seperti yang panjenengn kemukakan bahwa keyakinan yg kurang mantap, serta _mungkin_ nggak pede menjalankan ajaran agama membuat orang semakin nekad. apa saja dianggap halal..parahnya justru ada sebagian yang punya prinsip ” cari yang haram aja susah apa lagi yang halal..”

      Suka

  4. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Zainal…..

    Subhanallah, memang ada penjual sebegitu tetapi tidak ramai. Saya pernah menemuinya semasa belajar di Kelantan dahulu. tetapi itu sudah sangat lama berlaku. Kebanyakan penjual durian jarang memberi khidmat membuka durian terlebih dahulu sebelum durian itu dibeli. Tentu mereka merasa rugi jika durian yang dibuka itu ternyata busuk dan pembeli meminta digantikan.

    Jika di Sarawak, durian dibeli bukan dengan menimbang buahnya tetapi dibeli secara kelompok satu harga. Contohnya 6 biji durian harganya RM10.00. Sekarang musim durian di Sarawak dan harganya sangat murah. Saya bisa membeli 36 durian hanya dengan hargaRM50.00 sahaja. Buahnya bagus dan tidak busuk.

    Perkongsian yang bermanfaat untuk menggambarkan bahawa masih ada orang yang jujur dan menjual bukan kerana inginkan keuntungan semata-mata tetapi juga kepuasan rasa kepada pelanggan yang membelinya. Mudahan melalui cara tersebut, keuntungan akan berlipatganda. Itukan kerja Allah SWT untuk menambah rezeki hamba-NYA.

    Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak. 😀

    Suka

    1. wa alaikum salam warahmatullah wb..

      Di Sintang juga sedang musim durian..membelinya juga sama seperti di Sarawak, tidak ditimbang, melainkan dibeli per biji, ada juga yang secara kelompok.
      Kita juga harus pandai – pandai memilih durian yang kita anggap bagus dan tidak busuk..

      Mudahan kita bisa belajar dari penjual jujur di Davao..agar senantiasa menuai keberkahan dan meraih ridho Allah dalam setiap segi kehidupan…

      Suka

Tinggalkan komentar